Dua kepala daerah masing masing Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendapat respon positif dari publik. Dari hasil survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia juga terungkap, elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto turun drastis berdasarkan survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia. Survei diadakan di tengah wabah corona atau covid 19 sedang melanda dunia termasuk Indonesia.
Dari sekitar 1.200 responden yang disurvei pada 16 18 Mei 2020, elektabilitas Prabowo hanya 14,1 persen, bila dibandingkan Februari 2020 yang mencapai 22,2 persen. Kendati Prabowo memiliki elektabilitas tertinggi di dalam survei tersebut, namun koreksi elektabilitas terhadap Menteri Pertahanan itu mencapai 8,1 persen. Tren penurunan juga dialami oleh sejumlah elit politisi lain seperti Anies Baswedan yaitu dari 12,1 persen menjadi 10,4 persen, Sandiaga Uno dari 9,5 persen menjadi 6 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono yaitu dari 6,5 persen menjadi 4,8 persen.
Selain itu, Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD, Gatot Nurmantyo, Puan Maharani, juga mengalami nasib yang sama. Bahkan, Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar yang pada Februari 2020 sempat memiliki elektabilitas 0,3 persen, kini elektabilitasnya 0 persen. "Dukungan pada Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil kini cenderung meningkat dibandingkan temuan Februari lalu," demikian tulis keterangan dalam hasil temuan survei tersebut, seperti dilansir Kompas.com, Senin (8/6).
Bila melihat hasil survei, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meningkat dari 9,1 persen pada Februari 2020 menjadi 11,8 persen pada Mei 2020. Presentase tersebut menempatkan Ganjar di urutan kedua teratas setelah Prabowo, sekaligus mengalahkan Anies. Sementara, elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) meningkat dari 3,8 persen menjadi 7,7 persen.
Kamis (4/6/2020) lalu, rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerindra menghasilkan kesepakatan yaitu meminta kembali Prabowo Subianto sebagai ketua umum. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan setidaknya ada dua hal alasan Prabowo diminta kembali menjabat Ketua Umum Partai Gerindra. Pertama, kata Adi, hal itu sangat mungkin bagian dari menjadikan Prabowo sebagai calon presiden di Pilpres 2024 bersama Partai Gerindra.
Apalagi, menurut Adi, Prabowo memiliki bekal memadai yaitu elektabilitas yang cukup tinggi. Namun, keputusan hal itu mutlak ada di tangan Prabowo sebagai sosok yang akan dicalonkan. "Sangat mungkin ini bagian dari jalan menuju Pilpres 2024. Semua tergantung Prabowo apakah siap tanding lagi atau tidak. Gerindra hanya butuh tambahan dukungan satu partai menggenapi ambang batas presiden," kata Adi.
Kedua, lanjut Adi, sosok Prabowo Subianto merupakan magnet demi menjaga elektoral Gerindra, pada pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden. Menurutnya, saat ini belum ada figur kuat yang dapat menggantikan Prabowo Subianto. "Sosok Prabowo merupakan magnet elektoral paling dominan yang tak tergantikan sampai saat ini," ujarnya.
Hal senada disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono.Arief Poyuono menilai Prabowo sangat layak untuk meneruskan kepemimpinan Partai Gerindra hingga lima tahun ke depan. Alasannya adalah perjuangan menjadikan presiden dari Partai Gerindra yakni Prabowo harus terus jalan. "Perjuangan menjadikan presiden terus jalan," ucapnya. Berikut hasil lengkap survei Indikator Politik Indonesia
1. Prabowo Subianto (Mei 14,1 persen; Februari 22,2 persen) 2. Ganjar Pranowo (Mei 11,8 persen; Februari 9,1 persen) 3. Anies Baswedan (Mei 10,4 persen; Februari 12,1 persen)
4. Ridwan Kamil (Mei 7,7 persen; Februari 3,8 persen) 5. Sandiaga Uno (Mei 6 persen; Februari 9,5 persen) 6. Agus Harimurti Yudhyono (Mei 4,8 persen; Februari 6,5 persen)
7. Khofifah Indar Parawansa (Mei 4,3 persen; Februari 5,7 persen) 8. Mahfud MD (Mei 3,3 persen; Februari 3,8 persen) 9. Gatot Nurmantyo (Mei 1,7 persen; Februari 2,2 persen)
10. Erick Thohir (Mei 1,6 persen; Februari 1,9 persen) 11. Puan Maharani (Mei 0,8 persen; Februari 1,4 persen) 12. Tito Karnavian (Mei 0,6 persen; Februari 0,8 persen)
13. Budi Gunawan (Mei 0,4 persen; Februari 0,4 persen) 14. Muhaimin Iskandar (Mei 0 persen; Februari 0,3 persen) Survei dilaksanakan dengan metode kontak telepon dengan margin of error kurang lebih sebesar 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Adapun responden yang menjawab tidak tahu atau tidak jawab mengalami peningkatan dari 20,3 persen pada Februari 2020 menjadi 32,3 persen pada Mei 2020. Dalam survei sebelumnya terungkap, program bantuan sosial (bansos) dari pemerintah kepada masyarakat terdampak pandemi virus corona (Covid 19) tidak tepat sasaran. Sebanyak 60,3 persen responden mengatakan bahwa bansos tidak tepat sasaran.
Hasil terlihat dari hasil survei lembaga survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan pada pada 16 18 Mei 2020 kepada 1.200 responden melalui telepon di seluruh provinsi. "Mayoritas (responden,red) menilai, bantuan sosial yang diberikan untuk warga kurang mampu tidak tepat sasaran. Jumlahnya 60,3 persen," kata Burhanuddin,Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia. Pada awal Agustus 2018 lalu, Kompas.com menurunkan tulisan berjudul
Sosok Ganjar Pranowo dan Tri Rismaharini dinilai bisa menggantikan sosok Joko Widodo (Jokowi) untuk diusung oleh PDI Perjuangan ( PDI P) pada Pilpres 2024. "Pak Ganjar punya panggung sebetulnya karena Gubernur, bisa jadi batu lompatan menunggu tangga Pilpres 2024," ujar pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago kepada Kompas.com, Minggu (4/8/2019). Menurut Pangi, Ganjar yang menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah itu merupakan figur yang memungkinkan sebagai pengganti Jokowi.
Kendati demikian, Pangi mengingatkan agar Ganjar menjaga citranya tetap baik sampai Pilpres 2024. "Karena citra beliau sempat terganggu oleh kasus e KTP, tetapi kan sudah clear bahwa beliau tidak terbukti korupsi," ujar dia. Ia mencontohkan, selama ini dalam sosok Jokowi melekat citra sederhana dan merakyat.
Oleh karena itu, kata dia, Ganjar pun harus mempunyai citra tersendiri yang dapat menjadi ciri khasnya jika ingin menonjol. "Termasuk beliau harus menjelaskan agar masyarakat dan rakyat Indonesia tahu sepak terjang dan keberhasilan beliau menata Jawa Tengah," kata dia. "Sehingga beliau memantaskan diri menjadi calon presiden dari PDI P di tahun tersebut," ucap dia.
Sementara itu, sosok Tri Rismaharini dinilai Panggi berpeluang menggantikan Jokowi sebagai calon presiden yang diusung PDI P kelak Namun, menurut dia, akan lebih baik jika Risma turut bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2022 terlebih dahulu. "Lalu, pada Pilpres 2024 bisa maju lagi bertarung menjadi calon presiden," ujar dia.
"Risma dan Ganjar punya potensi sebagai penganti Jokowi karena kedua tokoh tersebut yang punya panggung sebagai wali kota dan gubernur," kata Pangi. Namun, yang lebih penting, kata dia, harus ada restu terlebih dahulu dari Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDI P untuk tiket calon Presiden 2024. Sebab, tidak mudah untuk mendapatkan tiket tersebut dari Megawati apabila Puan Maharani dan Prananda Prabowo yang merupakan putra putrinya disiapkan menjadi capres atau cawapres lima tahun mendatang.