Kontestan Liga 1 2020 tentu tidak bisa menganggap klub Persija Jakarta secara sebelah mata. Adanya pemain pemain berlabel Timnas Indonesia, seperti Evan Dimas, Osvaldo Haay hingga Otavio Dutra, dan ketajaman pemain sekelas Marko Simic, dipadu apik dengan adanya kehadiran pelatih kepala, Sergio Farias. Menariknya, dalam dua laga Persija Jakarta musim ini, Sergio Farias tampak memiliki peran baru bagi Evan Dimas, Marco Motta dan Marc Klok.
Melihat apa yang dilakukan Sergio Farias, sulit membayangkan bagaimana formasi Persija Jakarta musim ini. Tetapi yang pasti, Sergio Farias adalah sosok pelatih yang membangun struktur tim dari lini belakang, dengan menekankan pertahanan sebagai aspek kunci. Kuartet lini belakang Persija Jakarta tidak berubah banyak dalam dua laga, bahkan sudah diuji sejak Piala Gubernur Jatim 2020.
Rezaldi Hehanusa Ryuji Utomo Otavio Dutra Marco Motta, selalu menjadi pemain yang diturunkan sejak awal laga dalam dua pertandingan terakhir. Perubahan terjadi ketika menghadapi Borneo FC, di mana Dutra dibangkucadangkan dan Maman turun sejak awal. Menarik sejatinya melihat sisi fullback kanan yang diisi oleh pemain gaek seperti Marco Motta, alih alih Alfath Fathier yang idealnya ditempatkan di posisi tersebut.
Ditempatkannya Motta di posisi kanan, adalah taktikal dari Sergio Farias untuk memperkuat lini belakang. Untuk itu, trio lini tengah yang biasa diisi Evan Dimas, Marc Klok dan Rohit Chand, diberikan lisesnsi untuk membangun serangan. Menariknya, inilah perubahan permainan Evan Dimas dan Marc Klok.
Evan Dimas selalu ditempatkan sebagai double pivot dengan satu gelandang bertahan, idealnya, Evan Dimas mestinya diduetkan dengan Rohit Chand di lini tengah. Tetapi, justru Evan Dimas didorong lebih ke depan, berduet dengan Marc Klok yang juga sedikit mengalami perubahan posisi. Klok, kala bermain di PSM Makassar, ditempatkan di posisi nomor 10, tepat di belakang tiga penyerang, tetapi musim ini, ia berduet dengan Evan Dimas untuk menjadi metronom.
Ia akan berperan untuk membantu serangan lewat sayap yang diisi oleh Osvaldo Haay ataupun Riko Simanjuntak. Sementara Evan Dimas akan mejadi pemain yang mendistribusi bola sembari mencari bola liar yang datang ke lini kedua. Adanya Motta, juga membuat Rezaldi Hehanusa juga lebih nyaman dalam ikut membangun serangan, karena Motta menjaga kedalaman ketika Rezaldi membantu penyerangan.
Tetapi, Motta juga diberikan lisensi untuk membangun serangan, meskipun tidak sering, efektivitas dan kualitas umpan Motta sangat apik. Seperti yang ditunjukkan dalam dua gol Persija Jakarta kala menghadapi Borneo FC, dua gol awal tidak lepas dari asis dan key pass dari mantan pemain Juventus ini. Sementara peran Evan Dimas dalam menjadi penghubung antar lini nampak dalam laga menghadapi Bhayangkara FC yang berkesudahan 2 2.
Gol berkelas Evan Dimas di menit 65, adalah peluang ketiga dengan skema yang sama persis, bola muntah dihajar sepakan setengah voli, peluang pertama bisa diantisipasi oleh Awan Setho sedangkan yang kedua membentur pemain belakang The Guardian. Tetapi, tetap ada ruang bagi Sergio Farias melakukan evaluasi. Adalah sisi kanan pertahanan Persija Jakarta yang dihuni oleh Marco Motta, menjadi titik lemah, dengan tiga gol bermula dari terlambatnya Motta dalam transisi dan kesalahan dalam membaca umpan tarik.
Tetapi, Liga 1 masih panjang, masih banyak hal hal yang bisa diperbaiki Persija Jakarta dan membuka peluang mereka menjadi juara musim ini.