Positif covid 19 dan harus menjalani perawatan, Andrea Dian menceritakan pengalamannya meminum obat chloroquine saat isolasi di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet. Istri Gaindra Bimo ini mengaku tak cocok dengan obat chloroquine. Andrea Dian merasakan reaksi negatif di tubuhnya setelah meminum obat chloroquine.
Sebelumnya, Presiden Jokowi sudah menekankan berulang kali bahwa chloroquine bukan obat utama untuk mengobati pasien Covid 19. Jokowi memang menyadari belum ada obat atau antivirus untuk menyembuhkan Covid 19. Meski begitu Jokowi mengatakan, chloroquine sukses menekan laju pertumbuhan Corona di beberapa negara.
"Saya sampaikan bahwa chloroquine ini adalah bukan obat first line, tetapi obat second line. karena memang obat Covid 19 ini belum ada dan juga belium ada antivirusnya," kata Jokowi dikutip dari Kompas.com. Andrea Dian rupanya diberikan obat chloroquine selama isolasi di Wisma Atlet. Ia menceritakan efek samping yang ia rasakan setelah mengkonsumsi chloroquine.
"Pindah ke Wisma Atlet, saya dapat chloroquine. Tapi sepertinya saya tidak cocok, karena ada efek samping yang saya dapat," kata Andrea Dian ditulis di Insta Story. Efek samping yang dirasakan Andrea Dian setelah minum chloroquine adalah :
"Cemas, mual, muntah, pusing kayak mau pingsan, jantung berdebar, napas pendek, tangan tremor," kata Andrea Dian. Setelah menjalani observasi atas obat chloroquine ini, akhirnya obat tersebut dihentikan pada Andrea Dian. "Setelah observasi obat saya dihentikan.
Jadi jika mengalami efek samping setelah minum harus lapor ke perawat yah," kata Andrea Dian. Selain chloroquine, Andrea Dian juga diberikan multivitamin dan vitamin C. Tak hanya itu, Andrea Dian juga diberikan 4 jenis obat.
Salah satu jenis obat yang diberikan adalah obat Chloroquine. Guna menyembuhkan penyakit virus corona, Andrea Dian juga rutin diberikan makanan bergizi tiga kali sehari serta air mineral minimal dua liter sehari. "Selama dirawat aku dapat multivitamin, vitamin C (500ml) dan ada 4 jenis obat lain salah satunya chloroquine. Makanan sehari 3x. Air putih minimal 2L/hari," ungkap Andrea Dian.
Bukan Obat Pencegahan Covid 19 Pakar Farmakologi & Clinical Research Supporting Unit dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Nafrialdi, PhD, SpPD mengatakan masyarakat salah besar bila membeli dan menggunakan klorokuin sendiri tanpa resep dokter sebagai pencegahan virus corona. Melansir Kompas.com, pasalnya, klorokuin tidak mencegah virus corona. Sebagai terapi untuk pasien Covid 19 sekalipun, obat ini juga bukan lini utama, melainkan hanya tambahan di atas terapi standar untuk pasien positif Covid 19 yang bergejala berat.
Dokter Nafrialdi berkata bahwa obat klorokuin sebetulnya adalah obat antimalaria yang juga diresepkan untuk penderita lupus dan rheumatodi arthritis atau radang sendi. "Tapi (obat ini) disinyalir ada efeknya buat virus virus corona, meskipun belum established (ditetapkan)," ujarnya. Meski demikian, soal efektifitas klorokuin terhadap Covid 19, masih perlu dikumpulkan data lewat uji klinis yang membandingkan ratusan pasien Covid 19 yang diberi klorokuin dengan yang tidak diberi.
Masyarakat juga perlu tahu bahwa obat ini adalah obat keras yang tidak boleh dikonsumsi tanpa resep dokter. "Harus pakai resep dokter!," tegas dr Nafrialdi. Dituturkan oleh dr Nafrialdi, obat ini bisa menimbulkan berbagai efek samping, mulai dari mual, gangguan pengelihatan, gangguan pendengaran, hingga gangguan irama jantung.
Klorokuin, seperti obat obatan lainnya, juga bisa mematikan bila dikonsumsi pada dosis ekstrem. "Masalahnya kalau (klorokuin) digunakan oleh orang yang tidak punya pengetahuan atau kewenangan, (orang tersebut) hanya akan mengumpulkan efek samping," ujar dr Nafrialdi. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto meminta masyarakat tak berbondong bondong membeli chloroquine sebagai obat virus corona.
Penggunaan chloroquine, kata dia, harus berdasarkan pada resep dokter. "Kami mohon sekali lagi masyarakat untuk tidak kemudian berbondong bondong untuk membeli, menyimpan, dan mengonsumsi sendiri tanpa ada resep dari dokter," kata Yuri dalam konferensi pers di Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Senin (23/3/2020). Yuri menegaskan bahwa chloroquine merupakan obat keras.
Obat ini disiapkan untuk pasien yang dirawat di rumah sakit saja dan sifatnya bukan profilaksis atau pencegahan. "Oleh karena itu, penggunaannya sudah barang tentu harus atas resep dokter dan dalam pengawasan dokter untuk perawatan pasien di rumah sakit, tidak untuk diminum sendiri di rumah," ujar Yuri. Ia mengatakan, chloroquine sebenarnya bukan merupakan obat baru lantaran sebelumnya pernah digunakan untuk program pemberantasan malaria.
"Sehingga, chloroquine ini secara mandiri mampu kita produksi sendiri dan jumlahnya cukup," ujar dia.